Yumiansyah, Andre Octa (2024) ANALISIS MAKNA SIMBOL SESAJEN RITUAL DOA TOLAK BALA DI PANTAI CIMOROSEWU SELUMA. Skripsi (Bachelor) thesis, Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
![]() |
Text (Skripsi)
SKRIPSI ANDRE.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (744kB) | Request a copy |
![]() |
Text (Jurnal Skripsi)
@UMB ANDRE JURNAL.pdf - Submitted Version Download (612kB) |
Abstract
Ritual doa tolak bala adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai, dan kebanyakan ritual semacam ini dilakukan oleh masyarakat nelayan terutama di Kabupaten Seluma, tepatnya di Pantai Cimorosewu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbol sesajen ritual doa tolak bala di Pantai Cimorosewu Seluma. Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Adapun tahapan dalam analisis data ini adalah menentukan permasalahan, membuat kerangka pemikiran, mengumpulkan data penelitian, menganalisis data dan hasil penelitian, dan mengambil kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ritual doa tolak bala di Pantai Comorosewu Seluma memiliki beberapa simbol sesajen diantaranya bahwa Air ugasan merupakan air yang di campurkan dengan daun-daun tradisional yang di percaya nelayan sejak dahulu sebagai air pembersih pantai dan sampan. Makna simbolis yang terkandung dalam ke empat tumbuhan adalah cekupai bermakna untuk mewakili rasa syukur, Cekeraw (cakeghaw) bermakna bahwa orang yang akan hilang dari dosa-dosanya, Setawar (setawa) bermakna kultural daun setawar adalah menawarkan segala yang berbisa dan beracun, cocor bebek (sedingin) sebagai pendingin agar suasana pada saat ritual tidak terjadi kericuhan. Makna simbolis yang terkandung dalam makanan roh nenek moyang seperti nasi punjuang terdapat tiga macam yaitu nasi putih, nasi ketan hitam, dan nasi kuning. Dimana putih menyimbolkan kesucian, warna hitam menyimbolkan kepribadian manusia yang bertingkah laku kurang baik terhadap sesama manusia maupun lingkunga, sedangkan warna kuning, menyimbolkan suatu kepribadian yang mampu membuang hal-hal buruk agar tidak terjadi lagi di kemudian hari. Di dalam makanan nenek moyang juga terdapat garam dan cabe merah, garam disimbolkan sebagai pemberi rasa asin dan cabe sebagai pemedas makanan yang akan di berikan kepada nenek moyang. Rokok empat batang yang di lipat ke kiri, ini bermakna bahwa rokok bisa menyambungkan silaturahim dengan masyarakat di sekitarnya dan sudah menjadi tradisi nenek moyang terdahulu. Empat adalah simbol yang luar biasa, dunia mengenal empat musim, empat arah mata angin dan empat elemen dasar (tanah, api, air udara). Daun sirih, pohon sirih meskipun hidup menumpang di dahan-dahan pohon lain, dia tidak menyerap nutrisi-nutrisi yang ada dalam pohon yang di tumpanginya.
Item Type: | Thesis (Skripsi (Bachelor)) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: Fitria Yuliani, M.A |
Uncontrolled Keywords: | Simbol Sesajen, Ritual Doa, Tolak Bala, Pantai Cimoresewu |
Subjects: | Universitas Muhammadiyah Bengkulu > 08-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 70201-(S1) Ilmu Komunikasi 08-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 70201-(S1) Ilmu Komunikasi |
Divisions: | 08-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 70201-(S1) Ilmu Komunikasi Subjek Terkait > 08-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 70201-(S1) Ilmu Komunikasi |
Depositing User: | Mr Muammar Hafiz Khattami |
Date Deposited: | 11 Mar 2025 03:15 |
Last Modified: | 11 Mar 2025 03:15 |
URI: | http://repository.umb.ac.id/id/eprint/844 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |